Teknologi Informasi dan Komunikasi
NAMA: RISAL SAPUTRA
NIM : 2201090401
PRODI : AGRIBISNIS PERTANIAN
Kebijakan pemerintah memainkan rem dan gas untuk menyeimbangkan penanganan
Covid-19 dan pemulihan ekonomi patut diapresiasi. Ekonomi kita bergerak seiring
membaiknya penanganan pandemi memompakan optimisme yang mendorong pengusaha giat
mengumpulkan dana ekspansi.
Survei Bank Indonesia menyimpulkan kebutuhan pembiayaan korporasi pada September
2021 meningkat dibanding bulan sebelumnya, dengan indikator Saldo Bersih Tertimbang
(SBT) mencapai 11,1%, lebih tinggi dari Agustus sebesar 0,9%. Sektor seperti
pertanian,industri pengolahan, dan pertambangan terindikasi meningkat kebutuhan
pembiayaannya,terutama untuk mendukung aktivitas operasional dan mengantisipasi
pemulihan domestik, selain untuk membayar kewajiban yang jatuh tempo.
Sebagian besar sumber pembiayaan ini berasal dari dana sendiri, pinjaman perbankan
dalam negeri, dan pinjaman dari perusahaan induk yang trennya meningkat. Optimisme di
pasar modal mengerek indeks harga saham gabungan (IHSG) di BEI kembali menembus 6.633,
kemarin. Indeks sudah tumbuh 10,94% year to date, dengan investor asing membukukan net
buy saham Rp 33 triliun lebih.
Perbaikan yang makin cepat, baik di sisi produksi maupun konsumsi, tentu saja juga
berarti pemerintah harus terus bekerja keras untuk makin mengendalikan Covid-19. Selain
diperkuat dengan akselerasi vaksinasi,kerja sama masyarakat untuk disiplin menjalankan
protokol kesehatan juga harus terus didorong menjadi kultur baru, guna memperkuat
percepatan pemulihan ekonomi.
Pemerintah mewaspadai berakhirnya euforia sur plus per da gangan dengan menyiapkan
strategi untuk mendorong produk ekspordi luar komoditas.Upaya memacu ekspor produk
selain minyak sawit mentah (crudepalm oil/CPO) dan batu bara ini diperlukan guna memini
malkan risiko penurunan harga komoditas. Hal ini bertujuan agar surplus perdagangan yang
dicapai dalam fase supercycle tidak habis tergerus.Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi
mengatakan pemerintah bakal mendorong ekspor produk besi dan baja untuk mengganti
komoditas unggulan. Langkah itu diambil untuk menjaga tren positif neraca dagang saat harga
dua komoditas unggulan ekspor dalam negeri itu kembali turun seiring dengan pulihnya pasokan global
Komentar
Posting Komentar